#FILMOLOBITA 3 : Five Feet Apart



*Ini tulisan lama, tapi baru nyadar kalo belom gue aplot dan nongkrong di draft dari lama :'( Sorry kalo udah ga relevan


Oh, Hai!

Dari awal film ini masang trailer, gue udah langsung “Cole Sprouse main film ga bilang bilang gue???????????

gajuga deng

Terlepas gue emang menggilai karunia indah Tuhan berbentuk Mas Cole Sprouse, trailer film ini lumayan bikin “cok, kudu ndelok masio melarat” meskipun, beberapa tahun terakhir gue sangat amat menghindari film sedih because….. I don’t have any shoulder to cry on. God please
Tapi trailernya berhasil menjawil jawil rasa kemanusiaan gue untuk zakat ke xxi. Fun fact, five feet apart hanya tersedia di xxi. Jadi bagi klean pemuja cgv segeralah wudhu dan buat pengakuan dosa ke xxi terdekat

Five Feet Apart menceritakan dua anak manusia, Stella dan Will. Mereka berdua dinilai Tuhan cukup kuat untuk diberikan cobaan berupa penyakit yang mematikan. Wow, I love the way I describe it.

Stella sakit dari kecil, makanya seluruh rumah sakit akrab dengan sosoknya. Nama penyakitnya susah, Cystic Fibrosis. Sebagai manusia yang kena radang aja udah ngerasa paling lemah sedunia, nama penyakit ini tentu asing di telinga. Menurut google, cystic fibrosis atau fibrosis kistik adalah penyakit genetika yang menyebabkan lendir-lendir di dalam tubuh menjadi kental dan lengket, sehingga menyumbat berbagai saluran, terutama saluran pernapasan dan pencernaan.

Seorang penderita Cystic Fibrosis, tidak boleh berada terlalu dekat dengan penderita Cystic Fibrosis lainnya. Karena dikhawatirkan bakterinya saling silaturahmi dan urbanisasi. Disinilah konfliknya

Bhayangin

Klean kalo cinta sama orang, paling ngga ingin selalu berada dekat dengan dia. Pengen cium parfum dia, pengen liat bola matanya dari dekat. Pengen usap usap manja rambutnya, pengen sandaran di bahunya, kepingin dipegang tangannya. Kepingin…..sesekali…..kalau ga ketahuan satpol pp…dipeluk atau dicium sama dia. Itu fitrah. Ya meskipun sama admin Indonesia tanpa pacaran ga boleh kalau belum sah.

Stella ga bisa kaya gitu. Karena yang dia cinta adalah Will, yang sialnya sama sama penderita Cystic Fibrosis. 

Andai sakitnya hanya cantengan

Pembentukan alur di film ini sebenarnya klise. Dua orang berbeda sifat, satunya bossy satunya pemberontak. Saling tertarik. Aku sebenarnya agak “Ha?” dengan cara film ini menyatukan keduanya. Karena ketemu sekali lalu si Stella merasa terganggu banget dengan cara Will berperilaku. Asli, Stella kalau nggak sibuk berobat pasti cocok jadi Guru Aqidah Akhlak di MTS

but later i found out, besides she had cystic fibrosis, she also had an OCD. That explain everything

Tapi nih tapiiii, lo pernah nga sih? Ketemu dengan orang baru yang secara fisik, menarik dan meskipun semesta mempertemukan kalian melalui hal yang sebenarnya basic, tapi kamu pura pura terganggu untuk menutupi kenyataan bahwa kamu ingin interaksi yang lebih dan asyik

Oh iya sebelumnya permisi saya mau bilang I don’t give a single shit  buat klean klean yang “mEnuru7 Que F1siK iTu G4 Penting. yG pentinG adalah hatinYa” eh bangsat, anda baru ketemu dengan orang asing masak iya langsung bilang “Assalamualaikum, saya ingin lihat hati anda. Saya sudah bawa pisau dapur jadi apakah kita bisa mulai sekarang prosedurnya?”

Dokter bedah ketemu jodohnya juga ga gitu gitu amat. Personal appearance itu tetap penting. Paling tidak sebagai kesan pertama. Setelah itu baru kita bisa melakukan seleksi melalui kepribadian, kebiasaan, atau pola pikir. Begitu.

Will mengikuti Stella ke ruangan bayi, pingin tahu Namanya siapa, bahkan sampai stalking youtubenya Stella, tentu bukan karena Stella orangnya asyik. I mean, darimana Will tahu kalau Stella orangnya menyenangkan kalau ketemu saja, barusan? Ya tentu karena secara fisik, Stella mampu mengetuk rasa penasaran Will.

Dari mata turun ke iphone-stalking-baru ke hati.

Jadi aku pikir, film ini cukup masuk akal juga pendekatannya.
Dalam waktu yang singkat mereka sama sama suka. Tapi mereka terhalang SDR. Short Distance Relationship. Awalnya Will yang pada dasarnya pemberontak, tetap nekat ngedeketin Stella. tapi karena perawat mereka pantang menyerah seperti sekutu ceramah tentang bahaya yg akan terjadi jika mereka terus berdekatan—bahkan bisa sampai mati, Will memilih pasrah dengan nasibnya
Giliran Will pasrah, Stella yang cari cara. Iya, cewek emang gitu

Dan caranya itu manis bgt mo nangissss.

Five feet apart atau sekitar 1,8m itu sama dengan Panjang tongkat billiard. Jadi Stella kalau mau ngajak kencan Will selalu bawa bawa tongkat itu. Mereka saling pegang ujung tongkat billiard itu dan pretend bahwa tongkat itu adalah tangan mereka. Asli, sakit gue disini

Film ini ngajak nangis dengan cara menyakitkan. Tahu cara menyakitkan itu gimana? Yaitu si pemeran utama selalu menampakkan diri bahwa mereka tidak apa apa, menampakkan diri bahwa mereka selalu punya cara untuk melawan keterbatasan mereka. Padahal sebenarnya mereka sudah diambang kemampuan mereka. Diambang batas mereka. Mereka tahu, penonton tahu, tapi mereka tidak berhenti untuk cari celah ketawa Bersama dan itu…….oh my heart already breaking and this film just twist the knife

Kalian nonton aja lah ya
Gue kalau inget wajah Will nangis lagi soalnya. Rasanya seperti dibawa ke suasana anak kelas 3 SMA yang sedang ESQ.

“bayangkan ketika kalian pulang sekolah ……dirumah kalian ada bendera kuningggg!!! Ternyata bapak ibuk klean dibaiat Golkar”


Great movie 8/10

0 komentar