#FILMOLOBITA 2 : Milly&Mamet; to be loved by someone, you need to love yourself first
Hoi. Tadinya mau langsung tidur,
tapi tiba tiba inget almighty Abi pernah bilang “tolong laptop barunya harus
menghasilkan sebuah karya” karya yang dimaksud abi adalah tulisan. Tulisan apa
saja.
Oh iya sedikit cerita, notbuk lamaku ilang. Dicolong maling lengkap
dengan handphone sony Xperia yang dua duanya jadi saksi perjuangan masa mahasiswa. Data dan kenangannya banyak, tapi ya sudahlah. Mungkin pertanda bahwa saatnya
hidup maju lurus kedepan.
eh noleh ke kanan dikit boleh sih
Jadi saya punya notbuk baru. Hadiah
dari abi dan ibu. Padahal saya nggak minta. Cuma cerita sambil kode dikit. Eh dibelikan
beneran. Padahal sudah kerja……..
Anyway
Saya selalu ngikutin film-filmnya
Koh Ernest. Ngenest dan Cek Toko Sebelah saya lihat di iflix (eh atau hooq ya? lupita), sementara
yang Susah Sinyal nonton di bioskop. Ketiganya memuaskan kalo dibandingkan film
Raditya Dika—maap y radit tapi aku tetep cinta stand up kamu. luv!-
Kalau ditarik garis besar, ciri
khas cerita yang disajikan Koh Ernest itu ringan, dekat dengan kehidupan
sehari-hari dikemas dalam komedi yang tepat sasaran dan tidak receh. Yah,
paling lima puluh ribu rupiah lah.
Makanya, film-film koh ernest cocok
untuk kamu kamu yang merasa hidupmu sedang berat.
Apakah setelah nonton film koh ernest hidup kamu akan menjadi ringan?
Tentu tidak, Supardjo. Justru hidupmu akan makin berat karena Thai Tea XXI sudah 40ribu
Makanya, Kuat dilakoni, yen ra kuat tumpakno becak.
Dengan niat ingsun mau ketawa, abis maghriban langsung meluncur ke cipinang mall dengan Siti Fatimah (motorku). Lho, Apakah saya nonton sendirian? Ohh sudah pasti iya.
Perlu cerita kalau saya duduk diantara dua pasangan tidak? Daripada saya cerita duduk diantara dua sujud nanti dikira riya’.
Masuk ke film.
Film Milly Mamet dibuka dengan reuni
SMA. Ada genk cinta lengkap dengan surya saputra. Tapi Surya Saputra nggak masuk genk cinta. Nggak gitu, dia
punya brewok.
Kirain dari awal udah diceritain
Milly dan Mamet menikah. Eh ternyata ada preambule sebelom memasuki kehidupan
pernikahan mereka. Gak lama, tapi cukup. Ini poin plus. Jadi penonton yang
imajinasinya liar seperti saya udah diedukasi dulu kenapa pemberian Asi harus
dua tahun—maksudku kenapa harus Milly dan Mamet yang jadi pemegang cerita di
film ini.
“Eh Cinta, makin keren aja lo”
“Eh Met, masih gini gini aja lo”
Saat itu, gak tahu kenapa, aku ngerti banget perasaan jadi Mamet. Yang tadinya mau ketawa, jadi malah kepengen jadi aktivis.
Tar dulu tar dulu ini review film apa pagi pagi pasti hepi kok curcol banget.
Kalau saya cinta kamu, Mamet
cinta masak. Tapi sejak nikah sama Milly, dia malah kerja di pabrik bapaknya
Milly. Meskipun labelnya sebagai bos, tapi tetep si bapak mertua yang nyetir. Ibaratnya
Mamet jadi boneka susan, Roy Marten jadi Fadli Zon. Eh wait, what?
Disini, konflik batin Mamet udah dipupuk nyesek dengan apik. Di awal dia udah diremehin temen-temennya Milly, lalu dia harus kerja di bidang yang dia nggak suka, ditambah dia harus kerja di mertuanya—di setir lagi. Mamet, kamu aku banget!—kecuali bagian punya mertua—tentu saja.
Mamet kemudian ketemu dengan Alex—Jullie
Estelle temen masa kuliahnya dulu. Alex ngajak bikin resto. Mamet tentu saja…..galau.
kenapa galau? Karena Mamet bukan orang yang oportunis. Dia tahu masak adalah passionnya. Tapi Mamet sadar bahwa mimpi
hanya milik bujangan, dia sudah berkeluarga. Hidup dan mimpinya bukan hanya
milik mamet seorang, tapi juga keluarganya.
Dari sini aja saya sudah hanyut. Untung
bisa renang. Lanjut
Milly tadinya bahagia bahagia aja
jadi Ibu rumah tangga yang keukeuh ASI dua tahun. Lebih keukeuh dari Neno Warisman lagi dakwah. Keukeuhnya memudar ketika Mamet memulai bisnis restoran dengan Alex.
Ini bisa dimaklumi. Ya ngana pikir aja suami ngana punya bisnis bareng Jullie Estelle.
Kalo nggak langsung beli minyak bulus dan kirim Alfateha tiap menit
Cara koh Ernest membangun karakter di film Milly Mamet ini jeli dan rapih banget. Setiap adegan penting dan punya kesatuan dengan cerita utuhnya. Jadi ga ada adegan yang sia sia. Bahkan adegan Milly dan Mamet lagi ngemall ketemu pujaan hatiku si Jevin Julian juga pentingg g nya dobel. Orang China emang jagonya kalo disuruh efektif.
Koh Ernest dan Kak Meira berhasil
membawa Saya berkenalan secara nyata dengan karakter Milly dan Mamet. Saya ngerasa
jadi teman lama Mamet yang tahu bahwa sebenarnya Mamet punya cita cita untuk jadi orang sukses agar
bisa membuktikan bahwa dirinya layak dihormati teman temanya dan didekati
perempuan-perempuan cantik. Tapi sayang dia punya masalah dengan kepercayaan
dan kepuasan terhadap diri sendiri.
Saya juga diajak untuk memahami rasa iri Milly yang harus diam dirumah mengurus bayi. Sementara teman teman dan suaminya bisa bebas punya kesibukan pada hal yang mereka senangi di luar rumah. Beneran deh, kamu akan sedih kalau orang terdekatmu gagal. Tapi kamu lebih sedih ngeliat orang terdekatmu sukses, sementara kamu enggak. Sedihnya kenapa? Ya karena pasti bakal muncul pertanyaan pada diri sendiri “kok aku gak bisa sukses seperti mereka sih?”
Asli, Koh Ernest Jago nguliknya! Saya berharap admin Indonesia tanpa pacaran nonton film ini agar segera bertobat dan sadar bahwa menikah itu tidak bisa sembarangan dan seenak red velvet breadtalk.
Eh tapi ketawanya juga banyak. Seperti
biasa, Namanya lelucon pasti ada juga yang ga nyampe ke kita. Ada beberapa yang
aku ketawa garing, tapi yang ketawa ngakak lebih banyak. Saya bersyukur ada stand up Indonesia karena dari sinilah jokes jokes non pasaran diproduksi secara
elegan.
Celetukan celetukan mereka itu lho, nggak cuma manusia doang yang ketawa. tapi.......
Celetukan celetukan mereka itu lho, nggak cuma manusia doang yang ketawa. tapi.......
Semua pemeran yang main di film
ini, meskipun figuran, tapi porsi mereka benar benar difikiran secara matang. Sehingga
jika bukan Dinda Kanya Dewi yang main, maka filmnya akan kurang. Jika bukan Muhadkly
Acho yang punya Soto Nurbaya, maka datuk maringgih akan marah.
Milly Mamet adalah Film dengan kisah
cinta dewasa yang benar benar nyata. Sebuah tontonan yang menghasilkan sebuah
tuntunan. Bahwa kamu harus mencintai dirimu dulu sebelum membuat orang lain
mencintaimu
Kamu harus mengapresiasi dirmu
sebelum meminta orang lain mengapresiasimu.
Harus sadar bahwa diri kamu itu layak.
Karena untuk dicintai Milly, Mamet ternyata tidak perlu mengelola restoran
besar.
Mamet hanya perlu jadi Mamet.
Mamet hanya perlu jadi Mamet.
Quotes terdebest film ini goes
to Milly’s
“Aku nikah sama kamu, bukan
karena kamu Chef besar. Aku nikah sama kamu, karena kamu Mamet”
Film ini cuma satu yang bikin jengkel. Isyana Saravati cantiknya diluar akal. Udah itu aja
Ini kayaknya lebih ke curcol daripada review. Ya gimana, umat mamah dedeh harus curhat dong.
Terimakasih Koh Ernest Prakasa dan kak Meira yang udah ngingetin bahwa diri kita sangat layak untuk menerima cinta dan penghargaan—paling tidak dari diri kita sendiri. hat off, you've got my respect
Stop Labelling, Start Living and
Loving.
Film yang bagus, kamu kamu dan
admin Indonesia tanpa pacaran harus nonton.
x. bita
x. bita
0 komentar