Me vs Corona



Lama tidak update kehidupan dunia
Sekalinya mau update, dunia lagi brengsek brengseknya

Jujur saja, gue sudah ada di tahun ketiga untuk menyerah tentang resolusi tahun baru. Gue stop bikin resolusi aesthetic ala pinterest artist yang menghabiskan banyak kertas dan bolpen warna karena menurut pengalaman, setelah seminggu resolusi itu dibuat gue udah lupa semua. Tapi stop bikin resolusi, bukan berarti ga punya harapan juga. Jangan salah, harapan gue buat 2020 banyak. Apalagi gue udah 25 tahun. Produksi kolagen dalam tubuh mulai berkurang 1% pertahun and im so scared about this.

Semua harapan gue--termasuk di dalamnya adalah cicilan sehat-- sudah terwakilkan dengan satu kalimat "2020 gonna be my year"

"My Year" my ass

2020 nggak hanya ngerjain gue, tapi juga ngerjain semua manusia dunia habis habisan. Corona si virus bajingan ini nyerang warga Wuhan-Tiongkok secara masif dan bikin orang meninggal dengan cepat. Gue ga begitu tahu bagaimana cara kerja ni virus tapi tiap hari korban yang meninggal makin banyak. Nggak cukup menginfeksi Warga Wuhan, virus ini dengan cepat menyebar ke seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia.

Meskipun banyak terjadi drama denial dari pemerintah yang tidak percaya virus ini sampai di Indonesia, toh ternyata Corona nga bisa ditolak juga. Per hari ini (Kamis, 2 April 2020) Jumlah Pasien Positif Corona di Indonesia sudah 1667 jiwa. 157 meninggal, 103 sembuh

Pemerintah akhirnya mulai membuat kebijakan (yang menurut gue sangat lemah dan rawan dilanggar) untuk self quarantine, self isolating, social distancing dan berbagai gerakan lainnya yang mengharuskan kita untuk diam dirumah. Kenapa gue bilang lemah? Karena pemerintah pusat nggak tegas. Nggak ada sanksi langsung untuk manusia manusia berani mati demi nongkrong. Kalo nggak dibantu dengan para Influencer yang concern tentang Corona dan kebetulan punya fans militan, gue yakin Indonesia bakal tetap rame aja

"Mati itu sudah Takdir dari Tuhan"

Bener kok, ngga ada salahnya. Coba lu jitak kepala Kim Jong Un. Gapapa, dirudal merupakan takdir Tuhan kok!

Singkat cerita, seluruh kegiatan perkantoran mulai pertengahan Maret sudah dihimbau pemerintah untuk dilakukan dari rumah. Kecuali pekerjaan yang tidak bisa dibawa pulang seperti frontliner bank, call center, pegawai SPBU dll. Jalanan Jakarta jadi sepi. Biasanya dari kosan ke kantor itu butuh waktu 45 menit, tapi gara-gara Work From Home ini, Gue cuma perlu menghabiskan waktu 20 menit

Kala itu kantor gue emang belom memberlakukan Work From Home. Padahal profesi gue sebagai Business Development yang mana kerjaannya bisa dihandle dari rumah asal ada internet. Tapi namanya kuli, ya nurut aja apa kata atasan. Meskipun seneng jalanan sepi, tapi tetep aja takut di hadang virus di tengah jalan. 

Wah baru kali ini gue berangkat kerja kayak mau berangkat perang di Afghanistan. Baru kali ini gue cuci tangan setiap ada kesempatan. Dan, baru kali ini gue merasa insecure buat beli makanan di warteg kesayangan gue. Sedih bor, padahal Warteg langgangan gue itu bersih, tapi tetep aja takut. Corona ga liat siapa dan dimana soalnya

Makin hari keadaan bukannya semakin baik malah semakin buruk. Semenjak jagad twitter rame kembali, Gue jadi punya informasi yang lebih up to date. Biasanya gue baca dari thread orang dulu, abis itu baru gue crosscheck ke media massa. Makin nelangsa aja kalau kabar buruk di thread-thread tersebut ternyata benar adanya

Hari ini adalah hari ke 7 Self Quarantine karena mulai Hari Jum'at minggu lalu, atasan gue sudah memberlakukan Work From Home. Selama 7 hari itu gue merasa kamar yang tadinya nyaman berubah jadi neraka. Gue ceritanya di postingan selanjutnya kali ya

Ada satu berita lagi yang bikin sedih. 

Presiden Jokowi sudah menyiapkan Perpres dan Inpres tentang larangan mudik lebaran. Gue ingat beberapa tahun yang lalu mendengar cerita seorang teman yang memutuskan tidak mudik lebaran karena mending uang tiket mudiknya digunakan untuk keperluan di kampung halaman. Gue sangat prihatin banget sama kisah dia. bahkan gue bilang

"Gue gak bayangin kalo gue harus lebaran di Jakarta. Nangis aja kayaknya masih kurang"

Dan sebentar lagi gue terancam akan ada dalam kondisi paling menakutkan menurut gue. Lebaran tanpa keluarga

Kalau mau egois sih gampang. Gue bisa aja pulang sekarang. Toh kayaknya Work From Home ini akan diperpanjang mengingat kasus ini semakin bertambah besar.

Tapi gue gamau jadi egois. Gue ga mau ambil resiko jadi carier buat keluarga gue di Lumajang. Gue juga gamau nambah nambahin beban pemerintah dan tenaga medis yang habis habisan korban nyawa berjuang buat virus bajingan ini

Sekali-kali Lebaran tanpa keluarga ga bakal bikin gue mati juga.
Tapi kalau gue tega jadi carier dan bikin orang rumah kena Corona, sampe mati gue ga bakalan baik baik aja

Semoga dunia cepat pulih dan kembali seperti sedia kala
Aamiin


0 komentar